Surah Al Ikhlas | سُورَةُ الإِخۡلَاصِ

Video Murrotal Surah Al Ikhlas dengan Efek Karaoke Irama Muhammad Thoha


 

Tafsir, Makna, dan Terjemahan Surat Al Ikhlas

Ayat 1

Katakanlah (wahai rasul), “Dia lah Allah pemilik tunggal uluhiyah dan rububiyah, nama nama dan sifat sifat, tidak seorangpun yang bersekutu dengan NYA padanya.”

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

1. Katakan -wahai Rasul-, “Dia lah Allah yang esa dalam uluhiyah, tiada tuhan yang berhak disembah selain-Nya.

📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

1-4. Allah memerintahkan Rasulullah untuk menyampaikan dengan tegas kepada orang-orang musyrik yang berkata, “Sebutkanlah kepada kami nasab Tuhanmu!” Maka Allah mengajarkan Rasulullah bantahan terhadap mereka: Sungguh Tuhanku adalah Allah, satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada satupun sekutu-Nya dalam peribadatan; Dia Maha Sempurna kekuasaan dan kemuliaan-Nya; Dia tidak beranak dan tidak mengangkat seorang anak, sekutu, atau sesuatu yang menyamai-Nya baik itu dalam Dzat, sifat, maupun perbuatan-Nya.

📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

1. قُلۡ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ‌ ۚ‏ (Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa)
Orang-orang musyrik mengatakan: “Hai Muhamamd, sebutkan kepada kami nasab tuhanmu!” Maka turunlah surat ini.
Yakni jika kalian menanyakan nasab-Nya, maka Dia adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

Muqoddimah surah al-Ikhlas :
1 ). Beberapa orang alim yang fasih dan ahli balaghoh di andalusia mencoba untuk menyusun kitab beberapa ayat yang serupa dengan al-Qur'an, maka mereka pun mengamati dan mempelajari surah al-Ikhlas; untuk mereka tiru dalam penyusunan surah yang serupa, tanpa disadari seseorang dari mereka berkata : aku ditimpa ketakutan pada sebuah kertas; yang kemudian membawaku pada pintu taubat dan penyesalan.

2 ). Surah al-Ikhlas diibaratkan seperti sepetiga al-Qur'an sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang shohih; hal itu berdasarkan bahwasanya ilmu yang terkandung dalam al-Qur'an ada tiga pembagian : tauhid, hukum-hukum, dan kisah, dan surah al-ikhlas mencakup didalamnya pembahsan tentang tauhid yang merupakan sepertiga bagian dari al-Qur'an.

{ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ , اللَّهُ الصَّمَدُ }

1-2
1 ). Mungkin sebagian dari mereka ada yang menyangka bahwa dua ayat ini pada hakikatnya bersambung : قُلْ هُوَ اللَّهُ الأَحَدٌ الصَّمَدُ , tetapi nyatanya kedua ayat ini saling terpisah, karena kalimat dari ayat ini disesuaikan agar menjadi tetap dalam diri-diri siapa yang yang membacanya dan untuk pengagungan untuknya, maka lebih sesuai jika setiap kalimat tidak terikat dengan yang lainnya.

2 ). { اللَّهُ الصَّمَدُ } Dzat yang digantungkan kepada-Nya segala urusan, dan tidak kepada selain-Nya perkara dan urusan itu digantungkan : { وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ }.

Maka apakah Allah yang menjadi tempat pertama kita melaporkan segala sesuatu yang kita butuhkan, dalam susah ataupun senang, dalam keadaan sempit ataupun lapang ?

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

Keutamaan surah: Imam Ahmad dan Imam Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudzri yang berkata: Rasulallah SAW bersabda kepada para sahabatnya: ”Apakah salah satu dari kalian ada yang keberatan untuk membaca sepertiga Al-Qur’an di malam hari?” Maka pecahlah kondisi ketika itu. Mereka berkata: “Siapa di antara kami yang menanggung beban itu ya Rasulallah?”. Lalu Rasulallah bersabda: “Allahul Waahidush Shomad (surah Al-Ikhlash) adalah sepertiga Al-Qur’an”

1. Katakanlah wahai Nabi: Allah adalah yang Maha Esa dengan DzatNya. Tidak ada bagiNya Tuan dan tidak pula materi. Dialah Dzat yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagiNya. Ayat ini diturunkan ketika orang-orang musyrik berkata: “Wahai Muhammad, nasabkanlah Tuhanmu kepada kami, maksudnya yaitu sebutkanlah nasab Tuhanmu kepada kami” kemudian turunlah surah ini

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Allah memerintahkan Nabi ﷺ agar berkata kepada manusia : Sesungguhnya Allah menyendiri dalam ke-Uluhiyyahan, Rububiyyah dan Nama serta Sifat-Nya, tidak bersekutu sesuatu apapun dengan-Nya. Inilah yang dimaksud makna ahad (Esa). Tidak sebagaimana diklaim oleh Mu’tazilah dan Asya’irah : Dia tunggal tidak terbagi-bagi dan terpisah-pisah, dengan kata lain : Dia tidak memiliki pembagian (Uluhiyyah, Rububiyyah dan Asma wa Sifat). Dan bantahan bagi mereka firman Allah yang ada dalam akhir akhir surat ini وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ yang artinya : Dan tidak ada sesuatupun yang semisal dengan Dia. Ini lebih utama dan mencakup secara keseluruhan dibandingkan ucapan mereka.

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

1. “Katakanlah,” dengan perkataan tegas, dengan yakin, dan mengetahui maknanya, “Dia-lah Allah Yang Maha Esa,” yakni, kemahaesaan itu hanya terbatas padaNya. Dia-lah Yang Maha Esa, yang tersendiri dengan kesempurnaan, hanya bagiNya nama-nama indah, sifat-sifat sempurna yang tinggi dan perbuatan-perbuatan yang suci, yang tidak ada tandinganNya.

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Tiga surah terakhir ini : Al-Ikhlash, dan Al-mu'awwidzatain ( al-falaq dan an-nas ), adalah tiga surah penutup Al-Qur'an, tiga surah yang agung dan mulia surah yang sering dibaca oleh Rasulullah ﷺ setiap sebelum tidur dengan meniupkan pada kedua telapak tangannya dan membaca ketiga surah ini, kemudian ﷺ mengusap wajahnya, dan sebisa yang dapat ia usap dari badannya, surah yang dijadikan oleh Rasulullah ﷺ sebagai penangkal kejahatan sihir dengan izin Allah ﷻ , surah yang mengandung banyak keutamaan didalamnya.

Adapun sebab dinamakan surah ini "Al-Ikhlas" adalah bahwasanya Allah memurnikan / mengkhususkan surat tersebut hanya untuk-Nya, yaitu Allah tidak menyebutkan sedikitpun di dalamnya hukum-hukum syar'i dan tidak juga khabar-khabar tentang selain-Nya. Yang ada, Allah hanya menyebutkan pengkhabaran tentang diri-Nya. Tauhid yang terdiri dari "Tauhid asma' wa sifat" terlampir didalam surah yang agung ini, juga hadits shahih menjelaskan salah satu keutamaan dari surah ini, yaitu surah ini sebanding dengan sepertiga Al-Quran, yakni dari segi keutamaan surah ini sebanding dengan sepertiga Al-Qur'an, dalam hadits dikatakan : (( أَنَّ رَجُلاً سَمِعَ رَجُلاً يَقْرَأُ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ يُرَدِّدُهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ، وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ : ((وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ. )) “Sesungguhnya seseorang mendengar orang lain membaca قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ dengan mengulang-ulangnya, maka tatkala pagi harinya, ia mendatangi Rasulullah n dan menceritakan hal itu kepadanya, dan seolah-olah orang itu menganggap remeh surat itu, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga al Qur`an” [ HR al Bukhari, 4/1915 no. 4726 ] .

Dalam hadits lain dikatakan : (( أَنَّ النَّبِيَّ بَعَثَ رَجُلاً عَلَى سَرِيَّةٍ، وَكَانَ يَقْرَأُ لأَصْحَابِهِ فِي صَلاَتِهِ، فَيَخْتِمُ بِـ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، فَلَمَّا رَجَعُوا، ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ ، فَقَالَ: ((سَلُوْهُ، لأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ؟))، فَسَأَلُوْهُ، فَقَالَ: لأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ، وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ : أَخْبِرُوْهُ أَنَّ اللهَ يُحِبُّهُ )) “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang kepada sekelompok pasukan, dan ketika orang itu mengimami yang lainnya di dalam shalatnya, ia membaca, dan mengakhiri (bacaannya) dengan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ, maka tatkala mereka kembali pulang, mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau pun bersabda: “Tanyalah ia, mengapa ia berbuat demikian?” Lalu mereka bertanya kepadanya. Ia pun menjawab: “Karena surat ini (mengandung) sifat ar Rahman, dan aku mencintai untuk membaca surat ini,” lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Beritahu dia, sesungguhnya Allah pun mencintainya” [ HR al Bukhari, 6/2686 no. 6940; Muslim, 1/557 no. 813 ] .

{ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ } Katakanlah wahai Muhammad, sampaikanlah kepada ummat mu, bahwasanya Dialah Allah ﷻ yang esa, Dia ﷻ yang sempurna sifat-sifat dan nama-Nya, tiada sembahan selain-Nya.

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Disebutkan tentang sebab diturunkannya surat ini bahwa orang-orang musyrik atau yahudi berkata kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam: Sebutkan sifat Tuhanmu kepada kami? Maka Allah menurunkan surat ini.

قُلْ “katakanlah” yang diajak bicara di sini adalah Rasul ‘alaihissholaatu wassalaam, dan untuk umat islam juga dan هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,” Dhamir asy-Sya’en menurut para pakar I’rab (gramatika Bahasa arab) dan lafadzul jalaalah الله adalah khabar mubtada dan أَحَدٌ [Ahad] khabar mubtada kedua.

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Dengan memastikan, meyakininya dan mengetahui maknanya. Dan jawablah dengan surah ini orang-orang yang bertanya tentang siapa Allah Subhaanahu wa Ta'aala?

Dia sendiri dengan kesempurnaan, memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi yang sempurna serta perbuatan-perbuatan yang suci, dimana pada semua itu tidak ada yang menyamainya.

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Wahai nabi Muhammad, katakanlah kepada kaum musyrik yang menanyakan sifat dan nasab Allah dengan tujuan mengejek, 'dia lah Allah, yang maha esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia tidak berbilang dalam nama, sifat, dan ketuhanan-Nya. 2. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia maha pencipta, mahakaya, dan mahakuasa. Dia tidak memerlukan yang lain, sedangkan semua makhluk bergantung kepada-Nya.

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Ayat 2

Allah yang sempurna dalam sifat-sifat kemuliaan dan keutamaan serta keagungan, yang dituju oleh makhluk-makhluk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan.

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

2. Dia lah Tuhan yang berada di puncak dalam hal kesempurnaan dan keindahan, Żat Yang menjadi tumpuan semua makhluk.

📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

2. اَللّٰهُ الصَّمَدُ‌ ۚ‏ (Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu)
Makna (الصمد) adalah Dzat yang diserahi untuk mengabulkan segala kebutuhan, karena hanya Dia yang mampu mengabulkannya.
Ibnu Abbas mengatakan: (الصمد) yakni Tuhan yang Maha Sempurna sifat ketuhanan-Nya, Mulia yang Maha Sempurna Keagungan-Nya, Maha Pengasih yang Maha Sempurna kasih-Nya, Maha Kaya yang Maha Sempurna kekayaan-Nya, Perkasa yang Maha Sempurna keperkasaan-Nya, Mengetahui yang Maha Sempurna pengetahuan-Nya, Dialah Allah yang memiliki sifat-sifat ini yang tidak layak kecuali bagi-Nya.

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

1-2
1 ). Mungkin sebagian dari mereka ada yang menyangka bahwa dua ayat ini pada hakikatnya bersambung : قُلْ هُوَ اللَّهُ الأَحَدٌ الصَّمَدُ , tetapi nyatanya kedua ayat ini saling terpisah, karena kalimat dari ayat ini disesuaikan agar menjadi tetap dalam diri-diri siapa yang yang membacanya dan untuk pengagungan untuknya, maka lebih sesuai jika setiap kalimat tidak terikat dengan yang lainnya.

2 ). { اللَّهُ الصَّمَدُ } Dzat yang digantungkan kepada-Nya segala urusan, dan tidak kepada selain-Nya perkara dan urusan itu digantungkan : { وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ }.

Maka apakah Allah yang menjadi tempat pertama kita melaporkan segala sesuatu yang kita butuhkan, dalam susah ataupun senang, dalam keadaan sempit ataupun lapang ?

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

2. Allah adalah Dzat yang menguasai tujuan dari semua kebutuhan selama-lamanya.

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Allah memerintahkan agara Nabi ﷺ berkata kepada manusia : Sesungguhnya Allah Maha Esa, yang wajib bagi diri-Nya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan makluknya karena Ia Al Qadir (Yang Maha Mampu) atas segala kondisi manusia.

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

2. “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu,” yakni yang dituju dalam seluruh kebutuhan. kepadaNya mereka meminta apa yang mereka perlukan dan keadaNya mereka bergantung pada apa yang mereka inginkan, karena Dia Maha Sempurna dalam sifat-sifatNya, Maha Mengetahui Yang sempurna ilmuNya, Maha Penyantun yang sempurna SantunNya, Maha Penyayang yang sempurna rahmatNya, yang meliputi segala sesuatu dan seperti itulah seluruh sifat-sifatNya.

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

{ اللَّهُ الصَّمَدُ } "Allah" adalah nama Allah yang paling tinggi dan paling agung ﷻ , berarti : yang hanya kepada-Nya segala sembahan dan peribadatan oleh makhluk-Nya. Dialah ﷻ yang berhak disembah, dan barangsiapa yang menyembah dan beribadah kepada selain-Nya adalah suatu kebathilan yang besar, { الصَّمَدُ } Dialah penguasa tunggal tempat menyandarkan segala kesulitan dan kebutuhan.

{ الصَّمَدُ } Imam Ibnu Jarir ath-Thabari dalam tafsir beliau meriwayatkan ucapan shahabat yang mulia Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang berkata: “Ash-Shamad adalah penguasa yang maha sempurna kekuasaan-Nya, maha mulia yang sempurna kemuliaan-Nya, maha agung yang sempurna keagungan-Nya, maha penyantun yang sempurna sifat penyantun-Nya, maha kaya yang sempurna kekayaan-Nya, maha perkasa yang sempurna keperkasaan-Nya, maha mengetahui yang sempurna pengetahuan-Nya, dan maha bijaksana yang sempurna hikmah/kebijaksanaan-Nya, Dialah yang maha sempurna dalam semua bentuk kemuliaan dan kekuasaan, Dialah Allah yang maha suci dan sifat-sifat ini hanyalah pantas (diperuntukkan) bagi-Nya.

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

اللَّهُ الصَّمَدُ “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” Kalimat tersendiri. اللَّهُ أَحَدٌ “Allah, Yang Maha Esa,” Maknanya: Dialah Allah yang sedang kalian perbincangkan dan kalian tanyakan أَحَد [ahad] maknya: Dia Maha Esa dengan kemuliaan dan keagungan-Nya, tidak ada penyerupa-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia Maha Esa dengan kemuliaan dan keagungan ‘Azza Wa Jalla.

اللَّهُ الصَّمَدُ “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” Kalimat tersendiri. الصَّمَدُ [ash-shamad] Makna yang paling mencakup dengan isi kandungan nama ini adalah bahwa Dia maha sempurna dalam sifat-sifat-Nya, yang mana Dia dibutuhkan oleh semua makhluk-Nya. Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas: ash-shamad adalah yang sempurna ilmunya, yang sempurna kelembutannya, yang maha semprna kemuliaan-Nya dan yang sempurna kuasa-Nya… hingga akhir yang disebutkan dalam atsar ini. Ini berarti bahwa Allah tidak membutuhkna semua makhluk-makhluknya, Karena Dia sempurna.
Telah datang juga penjelasan bahwa ash-shomad adalah tempat bergantung makhluk-makhluk dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Ini berarti semua makhluk membutuhkan Allah. Dengan ini disimpulkan bahwa definisi yang paling merangkum makna shamad adalah: Yang sempurna dalam sifat-sifat-Nya yang mana semua makhluk-makhluk membutuhkan kepada-Nya.

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Yakni yang dituju dalam semua kebutuhan. Oleh karena itu, makhluk yang berada di bawah maupun di atas semuanya membutuhkan-Nya, meminta dan berharap kepada-Nya untuk dipenuhi kebutuhan mereka, karena Dia sempurna dalam sifat-sifat-Nya; Dia Maha Mengetahui yang sempurna ilmunya, Dia Mahasantun yang sempurna santunnya, Dia Maha Penyayang yang sempurna sayangnya dimana rahmat-Nya meliputi segala sesuatu, demikian pula sifat-sifat-Nya yang lain.

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia maha pencipta, mahakaya, dan mahakuasa. Dia tidak memerlukan yang lain, sedangkan semua makhluk bergantung kepada-Nya. 3. Dia tidak beranak; tidak ada yang sejenis dengan Allah sehingga bisa menikah dengan-Nya dan melahirkan anak; dan dia tidak pula diperanakkan karena dia kekal dan tidak bermula. Sesatlah orang yahudi yang meyakini 'uzair sebagai putra Allah, orang nasrani yang meyakini nabi isa sebagai putra Allah, dan orang musyrik arab yang meyakini malaikat sebagai putri Allah.

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Ayat 3

Dia tidak punya anak,tidak juga bapak,dan tidak juga istri.

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

3. Yang tidak melahirkan sesuatu pun dan tidak pula dilahirkan oleh sesuatu, maka Dia -Subḥānahu- tidak mempunyai anak -Mahasuci Allah- dan tidak pula mempunyai bapak.

📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

3. لَمۡ يَلِدۡ ۙ وَلَمۡ يُوۡلَدۡ (Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan)
Yakni tidak pernah keluar dari-Nya seorang anak atau apapun, sebab tidak ada yang serupa dengan-Nya, dan permulaan dan akhir dari-Nya tidak mungkin berlaku bagi-Nya. sebab yang diperanakkan pasti tidak berwujud sebelum dilahirkan. Maka Allah tidak memiliki bapak untuk dinisbatkan kepada-Nya.
Qatadah mengatakan: orang-orang arab yang musyrik berkata: “para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah”. Orang-orang Yahudi mengatakan: “Uzair adalah anak Allah.” Dan orang-orang Nasrani berkata: “Isa al-Masih adalah anak Allah.” Maka Allah membantah mereka dengan firman-Nya: لَمۡ يَلِدۡ ۙ وَلَمۡ يُوۡلَد

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

Ada bantahan terhadap sebagian besar firqoh sesat, yang diketuai oleh yahudi yang mengatakan : uzair adalah anak Allah, dan nashrani yang mengatakan : al-masih adalah anak Allah, dan selain dari mereka yang juga berada dalam kesesatan

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

3-4. Dia tidak melahirkan satupun (anak) dan tidak juga dilahirkan oleh siapapun, karena Dialah Dzat yang Maha Terdahulu, tidak terikat oleh waktu dan tidak diadakan. Dan Dia tidak menciptakan satupun yang menyerupai DzatNya, Sifat-sifatNya dan TindakanNya. Maka tidak ada satupun yang menyamaiNya dan menjadi sekutu bagiNya.

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Allah juga memerintahkan agar mengatakan kepada mereka : Allah Maha Kaya dari kebutuhannya akan anak dan sahabat; Allah tidak memiliki bapak dan ibu serta anak dan istri. Dan Allah tidaklah dilahirkan, karena tidak ada sesuatupun yang mendahului-Nya, (dan) tidak ada sesuatupun sebelumnya

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

3. Dan di antara kesempurnaanNya, Dia “tidak beranak dan tiada pula diperanakkan,” karena kesempurnaan kecukupanNya.

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

{ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ } Dijelaskan dalam sebuah hadits tentang sebab turunnya surah ini : Dari Ubai bin Ka’ab, bahwa orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah saw.: “Ceritakan mengenai Tuhanmu kepada kami!” Lantas Allah swt. menurunkan: “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. Al-Ikhlas: 1-2). “Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan.” (QS. Al-Ikhlas: 3). Karena sesuatu yang dilahirkan pastilah akan mati. Dan yang mati akan mewariskan. Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan mati dan mewariskan. “dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas: 4) Tidak ada yang menyerupai-Nya, dan tidak serupa dengan apapun.

{ لَمْ يَلِدْ } Allah - تعالى - sama sekali tidak memiliki anak, karena sedungguhnya Dia tidak butuh dengan seorang anak, Allah - عز وجل - berfirman : { قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا ۗ سُبْحَانَهُ ۖ هُوَ الْغَنِيُّ ۖ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ } ( Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata: “Allah mempuyai anak”. Maha Suci Allah; Dialah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. ) [ Yunus : 68 ] Allah membantah perkataan orang-orang Yahudi yang menyatakan bahwasanya Allah memiliki anak, karena Allah tidak butuh dengan anak, dan sesungguhnya seorang anak adalah bagian dari seorang ayah, dan orang-orang Yahudi menjadikan dari hamba Allah seorang anak untuk-Nya, akan tetapi sesungguhnya Allah - عز وجل - tidak menyimpan bagian apapun dari diri-Nya pada makhluk-Nya.

Dan anak juga merupakan bentuk serupa dari sang ayah walaupun itu tidak begitu sempurna, maka jika Allah - عز وجل - memiliki anak, itu berarti menjadikan selain Allah makhluk yang serupa dengan -Nya, sedangkan Allah tidak satupun yang serupa dengan-Nya ﷻ, oelah karena itu surah ini sebagai batahan untuk pernyataan orang-orang nashrani dan Yahudi yang terlaknat, mereka mengatakan : "Sesungguhnya Isa Al-masih adalah anak Allah, sedangkan orang-orang musyrik Arab mengatakan : Sesungguhnya para Malaikat adalah anak-anak Allah.

Allah tidak melahirkan anak dan tidak pula Dia dilahirkan oleh siapapun, Allah suci dan terbebas dari prasangka kaum musyrikin yang mengatakan bahwasanya Allah memiliki anak, karena Dialah "Al-Awwal" yang berarti tidak didahului oleh apapun, dan Dia juga "Al-Akhir" berarti yang terakhir, yang tidak ada sesuatu pun setelahnya, { هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ } ( “Dialah al-Awwal (Yang Pertama), al-Akhir (Yang Terakhir), azh-Zhahir (Yang paling Tampak), al-Bathin (Yang paling Tersembunyi) dan Dia Mahatahu atas segala sesuatu.” ) [ Al-Hadid : 4 ] .

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

لَمْ يَلِدْ “Dia tiada beranak” Karena Dia Jalla wa ‘Alaa tidak ada penyerupa bagi-Nya. Dan anak adalah pecahan (keturunan) dari orang tuanya, dan bagain darinya, sebagaimana Nabsi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang Fatimah: إِنَّهَا بِضْعَةٌ مِنِّي “ Ia adalah bagian dari darah dagingku”(1) Dan Allah Jalla wa ‘Alaa, tidak ada penyerupa bagi-Nya. Dan juga anak itu ada untuk memenuhi kebutuhan dunia atu juga untuk menyambung garis keturunan. Sedangkan Allah ‘Azza Wa Jalla tidak membutuhkan hal ini. Oleh karenanya, Dia tidak beranak, karena Dia tidak mempunyai penyerupa, dan karena Dia tidak membutuhkan kepada seorang pun ‘Azza Wa Jalla. Allah telah menjelaskan kemustahilan-Nya beranak juga dalam firman-Nya Ta’ala: أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ “Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.”(QS. Al-An’aam) Anak membutuhkan perempuan yang melahirkannya. Begitu juga Allah, Dialah pencipta segala sesuatu, maka jika Dia adalah pencipta segalanya, berarti Dia terpisah dan tidak bergabung dengannya.

Dan dalam firman-Nya لَمْ يَلِدْ “Tidak beranak” mengandung bantahan kepada tiga kelompok yang menyimpang dari anak-anak Adam. Mereka adalah orang-orang musyrik, yahudi dan nashrani. Karena orang-orang Musyrik menjadikan malaikat-malaikat, hamba-hamba Ar-Rahman sebagai anak-anak permpuan, mereka mengatakan: Sesungguhnya malaikat-malaikat adalah anak-anak perempuan Allah. Yahudi mengatakan ‘Uzair anak Allah. Nasrani mengatakan: Al-Masih (Isa) anak Allah. Maka Allah mendustakan mereka dengan firman-Nya: لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ “Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,” Karena Allah ‘Azza Wa Jalla adalah al-Awwal yang tidak ada sesuatu apa pun yang mendahului keberadaan-Nya, maka bagaimana mungkin Dia dilahirkan!!

(1) Dikeluarkan Bukhari (3714) dan Muslim (2449) dari hadits Miswar Bin Makhramah radhiyallaahu ‘anhu.

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Di antara kesempurnaan-Nya adalah bahwa Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, karena sempurnanya kecukupan-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (Terj. Al Ana’aam: 101)

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Dia tidak beranak; tidak ada yang sejenis dengan Allah sehingga bisa menikah dengan-Nya dan melahirkan anak; dan dia tidak pula diperanakkan karena dia kekal dan tidak bermula. Sesatlah orang yahudi yang meyakini 'uzair sebagai putra Allah, orang nasrani yang meyakini nabi isa sebagai putra Allah, dan orang musyrik arab yang meyakini malaikat sebagai putri Allah. 4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan dia, baik dari segi zat, sifat, maupun tidakan-Nya.

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Ayat 4

Dan Dia tidak punya tandingan dan padanan dari makhluk NYA, tidak dalam nama nama NYA,tidak dalam sifat-sifat NYA, tidak pula dalam perbuatan-perbuatan NYA, maha banyak kebaikan NYA, maha tinggi, dan maha Suci

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

4. Dan tidak pula ada yang menyamai-Nya dari ciptaan-Nya.”

📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

4. وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ (dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia)
Tidak ada yang setara atau menyerupai-Nya, dan tidak pula ada yang memiliki sifat yang sempurna seperti-Nya.

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

3-4. Dia tidak melahirkan satupun (anak) dan tidak juga dilahirkan oleh siapapun, karena Dialah Dzat yang Maha Terdahulu, tidak terikat oleh waktu dan tidak diadakan. Dan Dia tidak menciptakan satupun yang menyerupai DzatNya, Sifat-sifatNya dan TindakanNya. Maka tidak ada satupun yang menyamaiNya dan menjadi sekutu bagiNya.

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Allah juga memerintahkan agar mengatakan kepada mereka : Allah tidak serupa dan sama dengan apapun; Maha Suci Allah Tuhan seluruh alam.

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

4. “Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia,” baik dalam nama-namaNya, sifat-sifatNya maupun perbuatan-perbuatanNya. Mahasuci dan Mahatinggi Allah.
Surat ini mencakup tauhid asma’ dan sifat.

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Dan Dia ﷻ tidak punya satupun dari makhluk-Nya yang menyerupai-Nya, apalagi yang melebihi kekuasaan-Nya ﷻ , ayat ini merupakan bantahan bagi golongan "Al-Musyabbih" yaitu golongan atau kelompok yang mensamakan Allah dengan makhluk-Nya, sebagaimana surah ini juga menjadi bantahan bagi kelompok "Al-Mu'aththilah" yang menafikan dari Allah ﷻ sifat-sifat Nya.

{ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ } Dan Dialah Allah ﷻ yang tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya, { لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ } ( Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat ) [ As Syura : 11 ] .

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَد “dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” Maknanya: Tidak ada seorang pun yang sama dalam semua sifat-Nya. Allah SUbhaanahu wa Tala’a meniadakan dari dirinya mempunyai anak, atau Dia dilahirkan, atau memiliki penyerupa. Surat ini memiliki keutamaan yang besar, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّهَا تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ “Sesungguhnya surah ini setara dengan sepertiga al-Qur’an”(1) Tatapi surat ini hanya sekedar setara dengan sepertiga al-quran namun tidak bisa menggantikan posisinya. Surat ini sebanding dengan sepertiga al-Quran tetapi tidak bisa menggantikan kedudukan sepertiga bagian Al-Quran. Buktinya adalah kalau saja seorang insan mengulang surat ini sebanyak tiga kali saat shalat wajib, maka surat ini tidak bisa menggantikan al-Fatihah, padahal seandainya jika ia membacanya tiga kali maka seakan-akan dia membaca seluruh al-Quran, tetapi ini tidak dianggap.

Dan jangan dianggap aneh Sesutu yang sebanding dengan yang lain, tapi tidak bisa menggantikan kedudukannya. Lihatlah Nabi ‘alaihissholaatu wassalaam memberitakan bahwa yang mengatakan: لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، فَكَأَنَّمَا أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسِ مِنْ بَنِي إِسْمَاعِيلَ أَوْ: وَلَدُ اِسْمَاعِيلَ “Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir –tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah kerajaan dan milik-Nya lah segala pujian, dan Dialah yang Maha kuasa atas segala sesuatu- maka seakan akan ia telah memerdekakan empat jiwa dari keturunan atau anak Ismail”(2) Walau demikian, seandainya ia wajib membayar kafarah berupa seorang budak, lalu ia mengucapkan dzikir ini, itu tidak bisa menggantikan kafarat tersebut. Maka tidaklah mesti sesuatu sebanding dengan yang lainnya, bisa menggantikan kedudukannya.

Surat ini senantiasa Rasul ‘alaihissalaatu wassalaam baca pada saat shalat sunnah fajar di rakaat ke dua(3), shalat sunnah maghrib (4) dan dua raka’at thawaf(5) beliau juga membacanya ketika shalat witir (6) karena surat ini dibangun di atas keikhlasan yang sempurna kepada Allah, oleh karenanya disebut dengan surat al-Ikhlas.

(1) Dikeluarkan Bukhari (5051) dari hadits Abu Sa’id al-Khudriy radhiyallaahu ‘anhu dan Muslim (811) dari hadits Abud Dardaa radhiyallaahu ‘anhu.
(2) Dikeluarkan Muslim (2693) dari hadits Abu Ayub al-Anshariy radhiyallaahu ‘anhu.
(3) Dikeluarkan Muslim (726) dari hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.
(4) Dikeluarkan Tirmidziy (431) dan Ibnu Majah (1166) dari hadits Abdullah Bin Mus’ud radhiyallaahu ‘anhu, Al-Albani mengatakan dalam shahih at-Tirmdziy: Hasan shahih.
(5) Dikeluarkan Muslim (1218) dari hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu.
(6) Dikeluarkan At-Tirmidziy (463) dari hadits ‘Aisyah radhiyallaahui ‘anha dan dinyatakan shahih oleh al-ALbaniy dalam Al-Misykaah (1269).

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Baik dalam nama-Nya, sifat-Nya maupun perbuatan-Nya.

Surah yang mulia mengandung tauhid asmaa’ wa shifaat.

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan dia, baik dari segi zat, sifat, maupun tidakan-Nya. 1. Wahai nabi Muhammad, katakanlah kepada umatmu, 'aku berlindung kepada tuhan yang menguasai subuh, waktu yang membelah kegelapan malam. Allah mahakuasa menyingkirkan segala kejahatan dari hamba-Nya karena semua makhluk berada dalam genggaman-Nya.

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Surah Al Ikhlas | سُورَةُ الإِخۡلَاصِ Surah Al Ikhlas | سُورَةُ الإِخۡلَاصِ Reviewed by Unik Info on November 29, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Silakan berkomentar dengan bahasa yang sopan

Channel Edukasi Quran - Pendukung pembelajaran Al Quran dengan efek animasi ketukkan karaoke berdasarkan suara qori termerdu
Diberdayakan oleh Blogger.