Surah Al Falaq | سُورَةُ الفَلَقِ

Video Murrotal Surah Al Falaq dengan Efek Karaoke Irama Muhammad Thoha


Tafsir, Makna, dan Terjemahan Surat Al Falaq

Ayat 1

Katakanlah (wahai rasul), “aku berlindung dan bernaung kepada Tuhan yang menguasai al falaq,yaitu waktu shubuh.”

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

1. Katakan wahai Rasul, “Aku berpegang teguh pada Allah Pemilik subuh dan berlindung kepada-Nya.

📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

1-2. Allah menyampaikan kepada Rasulullah dan umatnya untuk meminta pertolongan dari-Nya: Aku berlindung kepada Tuhan yang mendatangkan subuh, agar selamat dari segala keburukan; dan Allah-lah Yang menciptakan subuh yang menyingkap malam.

📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

1. قُلۡ اَعُوۡذُ بِرَبِّ الۡفَلَقِۙ (Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh)
Makna (الفلق) yakni subuh, karena malam telah keluar darinya. Pendapat lain mengatakan: yakni segala yang keluar dari segala yang diciptakan Allah, baik itu hewan, subuh, biji, dan semua tanaman dan lainnya.
Dan terdapat pendapat mengatakan: ini merupakan isyarat bahwa Dia berkuasa untuk menghilangkan gelap gulita dari alam semesta, maka Dia juga mampu untuk melindungi orang yang meminta perlindungan kepada-Nya dari segala yang dia takuti.

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

1-2
1 ). Dalam beristi'adzah dengan sifat seperti pada ayat adalah bagian dari sikap optimisme seorang hamba, dan tanda peringatan akan cahaya yang nampak setelah kegelapan yang tidak memberikan harapan, kelapangan setelah kesempitan, kesenangan setelah penderitaan, dan al-afalaq yakni segala sesuatu yang tertutup kemudian Allah merenggangkannya, seperti tumbuhan yang tumbuh dari bawah tanah, mata air yang dikeluarkan dari gunung-gunung, hujan yang pecah dari gumpalan awan, bayi yang dilahirkan dari rahim ibunya, dan sebagainya yang bersifat tertutup.

2 ). { قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ , مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ } Banyak orang yang ketika membaca ayat ini menghadirkan dalam pikirannya keburukan-keburukan orang selainnya, padahal seharusnya yang pertama ia lakukan adalah memohon perlindungan atas keburukan dirinya, sebagaimmana yang di contohkan oleh Rasulullah ketika khutbah haji dalam hadits shohih ; ( ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ) "dan kami memohon perlindungan dari keburukan-keburukan diri kami" , dan hadits : ( أعوذ بك من شر نفسي وشر الشيطان وشركه ) ; lihatlah bagaiman keburukan diri sendiri lebih diutamakan sebelum keburukan yang datang dari syaithon.

3 ). Alangkah agungnya bersiti'adzah dengan sifat yang agung ini ( رَبِّ الْفَلَقِ ) , dan apa yang terkandung di dalamnya dari kekuatan, kemenangan dan kekuasaan atas gelapnya kejahatan, sihir dan kedengkian, dan cermatilah bagaimana lafaz "al-Falaq" dan apa yang berhadapan dengannya, dari tertutupnya kegelapan malam, dan tertutupnya praktek sihir, dan tertutupnya hati-hati para pendengki.

4 ). { قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ , مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ } Pernahkah anda melihat sesuatu yang mampu menghantarkan kepada ketenangan dan keamanan dari kejahatan-kejahatan seperti ini ? sesungguhnya kamu tidak akan bisa memohon perlindungan kepada sesuatu apapun yang mampu memberikan perlindungan yang lebih besar dari dzat yang menciptakannya.

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

Keutamaan Mu’awwidzatain: Imam Muslim, Imam Ahmad, Tirmidzi dan An-Nasa’I dari Uqbah bin Amir yang berkata bahwa Rasulallah SAW bersabda: “Apakah kamu mengetahui bahwa ada beberapa ayat yang diturunkan pada malam ini, yang mana belum pernah ada ayat yang menyerupainya. Ayat-ayat itu adalah {Qul A’uudzu bi rabbil falaq} [QS Al-Falaq: 113/1] dan {Qul A’uudzu bi rabbin naas} [QS An-Naas: 114/1]”. Tirmidzi mengatakan dan dibenarkan oleh Al-Baihaqi dari Abu Sa’id Al-Khudzri yang berkata “Rasulallah SAW meminta pertolongan dari intaian jin dan manusia. Dan ketika surah Mu’awwidzatain ini diturunkan, beliau membaca kedua surah ini dan meninggalkan apapun selain itu”

1. Katakanlah wahai Nabi: “Aku berlindung kepada Tuhannya Pagi yang memecah kegelapan malam dengan cahayanya sehingga malam terbelah dan menjadi pagi”

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya agar mengatakan kepada manusia : Sungguh aku berlindung dari Rabb subuh yang membelah kegelapan yang menyelimuti sesuatu, yang kemudian menyebarkan cahaya dan terlihatlah lah sesuatu dengan jelas.

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

1. Maksudnya, “Katakanlah,” seraya memohon perlindungan, “Aku berlindung,” yakni aku berlindung dan berpegangan, “kepada Rabb yang menguasai Shubuh,” yang membelah butir tanaman dan biji buah-buahan dan yang menyibak Shubuh.

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

{ قُلْ } Katakanlah wahai Muhammad { أَعُوذُ } aku berlindung, dan aku memohon pertolongan { بِرَبِّ الْفَلَقِ } aku memohon perlindungan kepada Tuhan yang menguasai waktu subuh, makna asal dari kata ( الفلق ) adalah : membelah, dan lebih khususnya berati "الصبح" waktu subuh" karena Allah membelah malam menjadi pagi , Allah - عز وجل - berfirman : { فَالِقُ الْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا } ( Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat ) [ Al-An'am : 96 ] , di ayat lain Allah - عز وجل - berfirman : { إِنَّ اللَّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَىٰ } ( Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan ) [ Al-An'am : 95 ] , "الفلق" membelah, yakni Allah - عز وجل - membelah bumi ( tanah ) untuk menumbuhkan biji-bijian.

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ “Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,” Tuhan yang menguasai al-falaq adalah Allah. Al-Falaq adalah masuknya waktu subuh. Dan bisa pula bermakna lebih umum bahwa falaq adalah segala yang Allah putarkan berupa memasukkan waktu subuh, dan yang menumbuhkan biji-bijian tumbuhan dan buah-buahan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: إِنَّ اللَّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan.”(QS. Al-An’aam: 95) dan firman-Nya: فَالِقُ الْإِصْبَاحِ “Dia menyingsingkan pagi” (QS. Al-An’aam: 96)

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Rabbul falaq bisa juga berarti Tuhan Yang Membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan, demikian pula yang membelah malam dengan terbitnya fajar.

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Wahai nabi Muhammad, katakanlah kepada umatmu, 'aku berlindung kepada tuhan yang menguasai subuh, waktu yang membelah kegelapan malam. Allah mahakuasa menyingkirkan segala kejahatan dari hamba-Nya karena semua makhluk berada dalam genggaman-Nya. 2. Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan semua makhluk yang dia ciptakan, baik yang tampak maupun tidak, yang tidak dapat menolak kejahatannya selain sang pencipta.

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Ayat 2

Dari keburukan seluruh makhluk dan gangguan mereka.

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

2. Dari kejahatan makhluk-makhluk yang mengganggu.

📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

2. مِنۡ شَرِّ مَا خَلَقَۙ‏ (dari kejahatan makhluk-Nya)
Yakni aku berlindung kepada Allah dari segala keburukan yang datang dari setiap makhluk yang diciptakan Allah.

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

1-2
1 ). Dalam beristi'adzah dengan sifat seperti pada ayat adalah bagian dari sikap optimisme seorang hamba, dan tanda peringatan akan cahaya yang nampak setelah kegelapan yang tidak memberikan harapan, kelapangan setelah kesempitan, kesenangan setelah penderitaan, dan al-afalaq yakni segala sesuatu yang tertutup kemudian Allah merenggangkannya, seperti tumbuhan yang tumbuh dari bawah tanah, mata air yang dikeluarkan dari gunung-gunung, hujan yang pecah dari gumpalan awan, bayi yang dilahirkan dari rahim ibunya, dan sebagainya yang bersifat tertutup.

2 ). { قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ , مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ } Banyak orang yang ketika membaca ayat ini menghadirkan dalam pikirannya keburukan-keburukan orang selainnya, padahal seharusnya yang pertama ia lakukan adalah memohon perlindungan atas keburukan dirinya, sebagaimmana yang di contohkan oleh Rasulullah ketika khutbah haji dalam hadits shohih ; ( ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ) "dan kami memohon perlindungan dari keburukan-keburukan diri kami" , dan hadits : ( أعوذ بك من شر نفسي وشر الشيطان وشركه ) ; lihatlah bagaiman keburukan diri sendiri lebih diutamakan sebelum keburukan yang datang dari syaithon.

3 ). Alangkah agungnya bersiti'adzah dengan sifat yang agung ini ( رَبِّ الْفَلَقِ ) , dan apa yang terkandung di dalamnya dari kekuatan, kemenangan dan kekuasaan atas gelapnya kejahatan, sihir dan kedengkian, dan cermatilah bagaimana lafaz "al-Falaq" dan apa yang berhadapan dengannya, dari tertutupnya kegelapan malam, dan tertutupnya praktek sihir, dan tertutupnya hati-hati para pendengki.

4 ). { قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ , مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ } Pernahkah anda melihat sesuatu yang mampu menghantarkan kepada ketenangan dan keamanan dari kejahatan-kejahatan seperti ini ? sesungguhnya kamu tidak akan bisa memohon perlindungan kepada sesuatu apapun yang mampu memberikan perlindungan yang lebih besar dari dzat yang menciptakannya.

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

2. Aku berlindung kepada Allah dari keburukan makhluk-makhlukNya

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Allah (juga) memerintahkannya agar berkata kepada manusia : Sungguh aku berlindung kepada Allah dari keburukan-keburukan semua makhluk.

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

2. “Dari kejahatan makhlukNya.” Ini mencakup seluruh makhluk Allah, baik manusia, jin maupun binatang. Maka memohon perlindungan haruslah kepada Penciptanya dari keburukan yang ada padanya.

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Ayat ini mencakup seluruh yang Allah ciptakan baik manusia, jin, hewan, benda-benda mati yang dapat menimbulkan bahaya dan dari kejelekan seluruh makhluk, ayat ini juga mencakup meminta perlindungan pada diri sendiri. Ingatlah, nafsu selalu memerintahkan pada kejelekan. Allah Ta’ala berfirman : { إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي } “Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf [12] : 53).

Maka sebaiknya setiap kali seseorang mengucapkan ayat ini, maka yang pertama kali terbetik dalam benaknya adalah dirinya sendiri. Jadi dia berlindung dari kejelekan dirinya sendiri, yang terkadang menimbulkan keburukan tanpa ia sadari.

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ “dari kejahatan makhluk-Nya,” Maknanya: dari semua keburukan makhluk-makhluk dan di antaranya jiwa, kerena setiap jiwa mengajak kepada keburukan. Maka jika anda mengatakan: مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ “dari kejahatan makhluk-Nya,” Maka yang pertama masuk di dalamnya adalah jiwamu sendiri, sebagaiamana datang dalam khutbah hajah: وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا “dan kami berlindung dari keburukan-keburukan jiwa-jiwa kami”(1) dan firman-Nya: مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ “dari kejahatan makhluk-Nya,” Mencakup setan-setan manusia jin dan binatang berbisa dan yang lainnya.

(1) Dikeluarkan Abu Dawud (1097), Tirmidziy (1105) Nasai’y (1404) Ibnu Majah (1892) dari hadits Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, dan dinyatakan shahih oleh al-ALbaniy dalam al-Misykat (3149)

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Seperti makhluk hidup yang mukallaf (yang mendapat beban) seperti manusia dan jin, dan makhluk hidup yang tidak mukallaf, demikian pula makhluk tidak hidup seperti racun, dsb.

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan semua makhluk yang dia ciptakan, baik yang tampak maupun tidak, yang tidak dapat menolak kejahatannya selain sang pencipta. 3. Dan aku berlindung pula dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita pada waktu malam muncul hewan-hewan yang membahayakan dan pada waktu itu pula rencana jahat biasa disusun.

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Ayat 3

Dan dari keburukan malam yang sangat gelap apabila ia datang dan menyebar,dan yang  ada padanya dari keburukan-keburukan dan gangguan-ganguan

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

3. Dan aku berpegang teguh kepada Allah dari kejahatan yang muncul pada malam hari, dari hewan melata maupun pencuri.

📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

3. Aku berlindung kepada Allah dari keburukan malam hari ketika telah gelap gulita.

Penyebutan (غاسق) dengan lafazh nakirah untuk menunjukkan bahwa itu bersifat umum. Dan firman-Nya (وقب) yakni kegelapannya telah masuk pada segala hal, dan itu merupakan waktu orang-orang jahat melakukan kejahatan yang mereka inginkan.

📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

3. وَمِنۡ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ‏ (dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita)
Yakni dan aku berlindung kepada-Nya dari keburukan malam jika telah datang.
Dikatakan: karena pada malam hari hewan-hewan buas keluar dari liangnya, dan orang-orang jahat mulai keluar untuk berbuat kerusakan.

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

1 ). { وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ } Yakni : jika malam telah masuk, dan siapapun yang mengamati bagaimana kejahatan itu terjadi, dia akan mendapati kebanyakan kejadiannya pada malam hari, pada waktu itu juga para syaithon-syaithon bertebaran, juga mereka yang berkeinginan jahat pada orang lain, maka patutlah bagi orang-orang beriman mendapati hidupnya dalam kebahagiaan karena malam mereka dihabiskan dengan ibadah, mereka menghindari begadang yang tidak bermanfaat,.

2 ). { وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ } "Ghosiqin" yakni malam, dan Allah telah memerintahkan hamba-Nya agar mereka memohon perlindungan kepada-Nya dari kejahatan makhluk-Nya, adapun penyebutan malam pada surah secara khusus; karena kebanyakan terjadinya kemaksiatan dan kejahatan pada malam hari, pencurian banyak terjadi pada malam hari, hama juga keluar pada malam hari, dan ulama mengatakan : pengaruh dari sihir kebanyakan terjadi pada malam hari.

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

3-4. Dan Aku berlindung kepada Allah dari keburukan malam saat aku bertemu makhluk (jahat) dalam kegelapannya. “Al-Ghasiq” adalah malam yang kegelapannya sangat pekat. Dan kata “Waqab” artinya adalah kegelapan malam menjadi semakin pekat. Aku berlindung kepada Allah dari keburukan para tukang sihir yang merusak manusia dengan sihirnya. “An-Nafatsat” adalah bentuk jamak dari kata “An-Nafatsah”. An-Naftsu adalah tiupan ringan. ‘Uqad adalah jamak dari kata “’uqdah” yaitu sesuatu yang dijerat menggunakan tali atau semacamnya, sehingga ikatan itu terurai. Allah memerintahkan Jibril untuk membantu Rasulallah SAW, lalu dia berkata:”Dengan menyebut nama Allah, aku membantumu dari setiap hal yang menyakitimu, yaitu dari pendengki dan pengintai, dan Allah akan menyembuhkanmu”. Maka berkuranglah pengaruh sihir ini terhadap Nabi yang semata-mata terjadi di urusan dunia saja (tidak berhubungan dengan wahyu) ketika beliau dalam keadaan agak sakit. Itu menunjukan gambaran peristiwa itu. Gambaran itu terjadi ketika dalam keadaan bermimpi.

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Allah (juga) memerintahkannya agar berkata kepada manusia : Sungguh aku berlindung kepada Allah dari keburukan malam jika datang kegelapannya yang sangat, yang menutupi bumi. Karena jika malam telah tiba, menyebarlah segala makhluk dan setan, dan memperbanyak keburukan dan kemaksiatan. Oleh sebab itu dikatakan : Malam lebih tersembunyi dibandingkan kebinasaan.

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

3. Kemudian Allah menyebutkan secara khusus setelah menyebutkan secara umum seraya berfirman, “Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,” yakni dari kejahatan apa pun yang ada di malam hari ketika kegelapan menutupi manusia dan kala banyak ruh-ruh jahat gentayangan, dan binatang-binatang yang menyakitkan bertebaran.

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

غَاسِقٍ : Malam apabilah menjadi gelap gulita, dan matahari pun pergi, maka ketika malam telah tiba dengan gelapnya, pada saat itu akan bermunculan begitu banyak keburukan dan kejahatan, sehingga bahaya yang ditimbulkan oleh kejahatan tersebut berdampak buruk pula pada manusia, oleh karena itu kita dianjurkan untuk meminta perlindungan kepada Allah dari segala bahaya kejahatan yang terjadi pada malam yang gelap gulita, baik itu kejahatan yang ditimbulkan oleh perbuatan manusia, ataupun kejahatan yang disebabkan oleh ulah para syaithon, bahkan setiap kita harus meminta perlindungan dari keburukan yang disebabkan oleh diri kita sendiri.

( وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ) ( Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita ) غَاسِقٍ adalah : الظلام yakni gelap , Allah berfirman : { أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ } ( Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam ) [ Al-Isra' : 78 ] .

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ “dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,” Al-Ghasiq dikatakan bahwa kata tersebut bermakna malam hari. Dikatakan jika bermakna rembulan. Yang tepat adalah maknanya mencakup keduanya. Sedangkan yang pertama, karena Allah Ta’ala berfirman: أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ “Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam”(QS. Al-Isra: 78) Waktu malam di dalamnya banyak keluar binatang bintang berbisa dan binatang-binatang buas, oleh kerenanya memohon perlindungan dari keburukan al-ghasiq yang bermakna malam.
Sedangkan rembulan, sebagaimana datang dalam hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memperlihatkan bulan kepada ‘Aisyah, lalu bersabda: هَذَا هُوَ الْغَاسِقُ “Inilah al-ghasiq” Disebut Ghasiq karena kemunculannya pada malah hari.

Firman Allah Ta’ala: وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ “dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,” adalah ma’thuuf kepada: مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ “dari kejahatan makhluk-Nya,” termasuk pengathafan yang khusus kepada yang umum. Karena al-Ghasiq adalah termasuk makhluk-makhluk Allah ‘Azza Wa Jalla, dan firman-Nya: إِذَا وَقَبَ Maknanya: Apabila telah memasuki waktunya. Maka malam hari jika sudah memasuki waktu dengan kegelapannya adalah ghasiq, dan juga bulan jika telah mengeluarkan cahayanya itu pun adalah ghasiq. Dan ini semua tidak terjadi kecuali saat malam hari telah tiba.

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Dan aku berlindung pula dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita pada waktu malam muncul hewan-hewan yang membahayakan dan pada waktu itu pula rencana jahat biasa disusun. 4. Dan aku berlindung pula dari kejahatan perempuan-perempuan penyihir yang meniup pada buhul-buhul dengan rapalan-rapalan yang dilafalkannya. Mereka bekerja sama dengan setan untuk menimpakan keburukan kepada orang yang di sihir melalui cara cara tertentu, di antaranya dengan meniup buhul-buhul.

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Ayat 4

Dan juga dari keburukan wanita-wanita penyihir yang meniup dalam simpul-simpul yang mereka jalin dengan tujuan menyihir.

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

4. Dan aku berpegang teguh kepada Allah dari kejatahan para penyihir yang meniup pada ikatan-ikatan tali.

📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

4. Aku berlindung kepada Allah dari keburukan para wanita-wanita penyihir yang meniup sesuatu dengan berkomat-kamit. Mereka melakukan itu untuk meletakkan sihir mereka pada sesuatu, mengikatnya dengan tali-tali dan meniupnya. Para penyihir beranggapan bahwa sihir mereka akan tetap bekerja selama tali-tali itu tetap terikat, oleh sebab itu mereka takut tali-tali itu terurai. Kemudian mereka akan mengubur benda itu di tempat yang tidak diketahui.

📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

4. وَمِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الۡعُقَدِۙ (dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul)
Yakni dan aku berlindung kepada-Nya dari keburukan penyihir-penyihir wanita, sebab mereka meniup ikatan tali ketika akan melakukan sihir.

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

4-5
1 ). Penghubungan antara sifat hasad dan sihir dalam dua ayat yang saling berdampingan ini menunjukkan adanya hubungan diantara keduanya, setidaknya ada pengaruh halus yang terjadi pada diri sang penyihir dengan sihirnya, dan pada pendengki dengan sifat dengkinya, tetapi dari satu sisi keduanya masuk dalam makna "kerusakan" atau "bahaya" secara umum, keduanya merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk menjatuhkan orang lain dengan cara yang halus, dan kedua adalah perbuatan tercela yang dilarang.

2 ) Pelaku 'ain adalah pelaku hasad ( pendengki ) pada hakikatnya, bahkan dia lebih berbahaya daripada pelaku hasad; oleh karena itu di dalam firman-Nya Allah menyebut pelaku hasad tanpa menyebut pelaku 'ain; karena sesungguhnya hasad lebih umum dan mencakup didalamnya 'ain, maka setiap pelaku 'ain dapat dipastikan bahwa dia adalah pelaku hasad, tetapi tidak semua pelaku hasad adalah pelaku 'ain, maka jika seseorang memohon perlindungan dari bahaya hasad masuk di dalamnya 'ain, dan inilah diantara cakupan al-Qur'an dan keajaibannya.

3 ). Pendengki dan penyihir dihubungkan dalam surah ini; karena keduanya bermaksud pada orang laing suatu keburukan, dan syaithon senantiasa bersama pendengki dan penyihir, dia berbicara kepada keduanya dan selalu menjadi rekan untuk keduanya, tetapi yang membedakan antara keduanya adalah bahwasanya pendengki senantiasa ditolong oleh syaothon tanpa ia harus meminta kepadanya, sedangkan penyihir akan mendapat pertolongan dari syaithon ketika ia meminta kepadanya; maka dari itu -wallahu a'lam- di dalam surah kejahatan pendengki dan kejahatan penyihir saling berdampingan; karena sesungguhnya memohon perlindungan dari kejahatan keduanya mencakup seluruh kejahatan-kejahatan yang datang dari syaithon jin dan syaithon manusia.

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

3-4. Dan Aku berlindung kepada Allah dari keburukan malam saat aku bertemu makhluk (jahat) dalam kegelapannya. “Al-Ghasiq” adalah malam yang kegelapannya sangat pekat. Dan kata “Waqab” artinya adalah kegelapan malam menjadi semakin pekat. Aku berlindung kepada Allah dari keburukan para tukang sihir yang merusak manusia dengan sihirnya. “An-Nafatsat” adalah bentuk jamak dari kata “An-Nafatsah”. An-Naftsu adalah tiupan ringan. ‘Uqad adalah jamak dari kata “’uqdah” yaitu sesuatu yang dijerat menggunakan tali atau semacamnya, sehingga ikatan itu terurai. Allah memerintahkan Jibril untuk membantu Rasulallah SAW, lalu dia berkata:”Dengan menyebut nama Allah, aku membantumu dari setiap hal yang menyakitimu, yaitu dari pendengki dan pengintai, dan Allah akan menyembuhkanmu”. Maka berkuranglah pengaruh sihir ini terhadap Nabi yang semata-mata terjadi di urusan dunia saja (tidak berhubungan dengan wahyu) ketika beliau dalam keadaan agak sakit. Itu menunjukan gambaran peristiwa itu. Gambaran itu terjadi ketika dalam keadaan bermimpi.

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Allah (juga) memerintahkannya agar berkata kepada manusia :Aku berlindung kepada Allah dari keburukan wanita-wanita penyihir; Karena yang dominan menjadikan musibah dalam sihir yaitu wanita (pada waktu itu). Adapun sekarang, laki-laki lebih banyak (menjadi penyihir) daripada wanita. Dan berlindung kepada Allah dari tiupan-tiupannya setelah komat-kamit dan lafadz yang diambil dari setan, ditiupkan dengan ludahnya atas apa yang ia yakini dari syair-syair penyihir atau melalui (media) pakaian yang ditujukan kepada objeknya (manusia), dan kalau tidak dengan menggunakan mantra-mantra yang terkenal.

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

4. “Dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,” yakni dari kejahatan wanita-wanita yang menggunakan bantuan hembusan pada buhul yang diikatkan dengan sihir.

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

( النَّفَّاثَاتِ ) Yaitu wanita-wanita tukang sihir yang menyihir manusia, mereka melakukan itu dengan mengikat mantra-mantra pada tali kemudian meniupnya dengan bantuan syaithon, hembusan yang jahat, dari sihir itu timbul lah penyakit dan berbagai keburukan yang tertimpa pada manusia, oleh karena itu secara hukum tukang sihir boleh di bunuh dalam keadaan apapun, karena perbuatan mereka menimbulkan banyak keburukan dan kerusakan.

umumnya yang menjadi tukang sihir adalah wanita. Namun ayat ini juga dapat mencakup tukang sihir laki-laki dan wanita, sebagaiman yang dilakukan oleh penyihir laki-laki dari kaum Yahudi yang menyihir Nabi ﷺ .

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ “dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,” شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ Mereka adalah wanita-wanita tukang sihir yang membuat simpul dari tali dan yang lainnya, mereka meniupkannya dengan membaca mantra-mantra, yang mengandung nama-nama setan. Di setiap tali diikat lalu ditiup, diikat lalu ditup, diikat lalu ditiup, dan ia dengan jiwa buruknya mengarah kepada seseorang tertentu, sihirnya akan mempengaruhi kepada yang disihir.

Allah menyebutkan wanita-wanita penyihir tanpa menyebut laki-laki penyihir, karena mayoritas yang menggunakan sihir jenis ini adalah wanita, oleh karenannya Allah berfirman: النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ “wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,” Dan bisa juga dikatakan: Sesungguhnya maksud dari an-naffatsaat adalah jiwa-jiwa yang meniupkan maka di sini mencakup laki-laki dan perempuan.

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Biasanya tukang-tukang sihir dalam melakukan sihirnya membuat buhul-buhul dari tali lalu membacakan jampi-jampi dengan menghembus-hembuskan nafasnya ke buhul tersebut. Ayat ini menunjukkan, bahwa sihir memiliki hakikat yang perlu diwaspadai bahayanya. Untuk mengatasinya adalah dengan meminta perlindungan kepada Allah dari sihir itu dan dari orang-orangnya.

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Dan aku berlindung pula dari kejahatan perempuan-perempuan penyihir yang meniup pada buhul-buhul dengan rapalan-rapalan yang dilafalkannya. Mereka bekerja sama dengan setan untuk menimpakan keburukan kepada orang yang di sihir melalui cara cara tertentu, di antaranya dengan meniup buhul-buhul. 5. Dan aku berlindung pula dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki, yang selalu menginginkan hilangnya kenikmatan dari orang lain. '.

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Ayat 5

Dan dari keburukan orang  hasad, pembenci manusia apabila ia iri kepada mereka atas sesuatu yang Allah berikan kepada mereka, ia ingin agar nikmat-nikmat itu hilang dari mereka dan ingin menimpakan gangguan kepada mereka.”

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

5. Dan aku berpegang teguh kepada Allah dari kejahatan pendengki apabila ia berbuat sesuatu akibat dorongan kedengkiannya.”

📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

5. Aku berlindung kepada Allah dari keburukan pendengki jika sedang dengki. Yaitu keinginan lenyapnya kenikmatan dari orang lain karena rasa cemburu; sifat ini kebalikan dari sifat ghibthah, yaitu keinginan untuk mendapatkan suatu kebaikan seperti kebaikan yang didapatkan orang lain.

📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

5. وَمِنۡ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ (dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki)
Dengki adalah harapan agar kenikmatan yang diberikan Allah kepada seseorang dapat hilang darinya.

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

4-5
1 ). Penghubungan antara sifat hasad dan sihir dalam dua ayat yang saling berdampingan ini menunjukkan adanya hubungan diantara keduanya, setidaknya ada pengaruh halus yang terjadi pada diri sang penyihir dengan sihirnya, dan pada pendengki dengan sifat dengkinya, tetapi dari satu sisi keduanya masuk dalam makna "kerusakan" atau "bahaya" secara umum, keduanya merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk menjatuhkan orang lain dengan cara yang halus, dan kedua adalah perbuatan tercela yang dilarang.

2 ) Pelaku 'ain adalah pelaku hasad ( pendengki ) pada hakikatnya, bahkan dia lebih berbahaya daripada pelaku hasad; oleh karena itu di dalam firman-Nya Allah menyebut pelaku hasad tanpa menyebut pelaku 'ain; karena sesungguhnya hasad lebih umum dan mencakup didalamnya 'ain, maka setiap pelaku 'ain dapat dipastikan bahwa dia adalah pelaku hasad, tetapi tidak semua pelaku hasad adalah pelaku 'ain, maka jika seseorang memohon perlindungan dari bahaya hasad masuk di dalamnya 'ain, dan inilah diantara cakupan al-Qur'an dan keajaibannya.

3 ). Pendengki dan penyihir dihubungkan dalam surah ini; karena keduanya bermaksud pada orang laing suatu keburukan, dan syaithon senantiasa bersama pendengki dan penyihir, dia berbicara kepada keduanya dan selalu menjadi rekan untuk keduanya, tetapi yang membedakan antara keduanya adalah bahwasanya pendengki senantiasa ditolong oleh syaothon tanpa ia harus meminta kepadanya, sedangkan penyihir akan mendapat pertolongan dari syaithon ketika ia meminta kepadanya; maka dari itu -wallahu a'lam- di dalam surah kejahatan pendengki dan kejahatan penyihir saling berdampingan; karena sesungguhnya memohon perlindungan dari kejahatan keduanya mencakup seluruh kejahatan-kejahatan yang datang dari syaithon jin dan syaithon manusia.

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

5. Aku meminta perlindungan kepada Allah dari buruknya kedengkian, yaitu orang yang berangan-angan agar kenikmatan orang yang dia cemburui hilang. Jika kedengkiannya sudah merasuk (dalam diri) maka dia akan berusaha menghilangkan kenikmatan yang dimiliki orang yang dicemburui. Sihir, intaian, kedengkian dan hal lain yang serupa itu tidak akan bisa membahayakan DzatNya, namun atas kehendak Allah, pengaruh dari hal-hal ini hanya menyentuh bagian luar saja.

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Dan yang terakhir, Allah perintahkan agar mengatakan kepada mereka : Aku berlindung kepada Allah dari keburukan orang yang hasad, yang hasad kepada manusia. Dan berlindung dari hasad atau berlindung dari ‘Ain; Sebab ‘ain adalah benar adanya, sebagaimana yang dikatakan Nabi ﷺ : Ain termasuk nyata, dan seandainya ada yang mendahului takdir, niscaya ainlah yang mendahuluinya. Dan berlindung dari sihir dan ‘ain dianjurkan dan Rasulullah ﷺ berbuat demikian. Ketika Rasul ﷺ sakit, Aisyah meruqyahnya dengan dua surat. Hasad adalah berharap hilangnya nikmat (ini makna secara umum), dan terkadang karena takjub kepada manusia (lain), oleh karenanya janganlah menjadi manusia yang sering takjub. Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang diberkahi, karena mungkin musibah datang kerena sebab ‘ain dari manusia. Dan hasad adalah bagian dari sifat Yahudi yang buruk.

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

5. “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.” Orang dengki adalah orang yang senang atas lenyapnya nikmat dari orang yang ia dengki dengan berusaha sekuat tenaga untuk melenyapkan nikmat tersebut dengan berbagai cara. Sehingga, perlu meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatannya dan untuk meruntuhkan tipu dayanya. Penyebar penyakit-penyakit ‘ain juga termasuk orang yang dengki karena tidaklah penyakit ‘ain muncul kecuali dari seorang pendengki, bertabiat buruk, dan berjiwa keji.
Surat ini mencakup perlindungan dari segala macam kejahatan secara umum dan khusus dan menunjukkan bahwa sihir itu nyata, bahayanya mengkhawatirkan, dan kita harus meminta perlindungan kepada Allah dari sihir dan pelakunya.

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

حَاسِدٍ : Hasad ( dengki ) adalah berangan-angan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain baik agar pindah kepada diri kita ataupun tidak . Allah menutup surat ini dengan hasad, sebagai peringatan akan bahayanya perkara ini. Hasad adalah memusuhi nikmat Allah. Rasulullah ﷺ bersabda tentang buruknya perkara ini : إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ ». أَوْ قَالَ « الْعُشْبَ » “Hati-hatilah kalian dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar atau semak belukar (rumput kering)“. (HR. Bukhari Muslim) .

Adapun rasa ingin mendapatkan kenikmatan atau keberuntungan yang didapatkan oleh orang lain disebut Ghibthah, tanpa diiringi hawa nafsu yang menginginkan kenikmatan atau keberuntungan itu hilang dari orang yang mendapatkannya. Orang yang Ghibthah juga tidak merasa benci manakala melihat orang lain mendapat nikmat atau keberuntungan.

Orang yang berbuat hasad hanyalah mencederai dirinya sendiri, karena hasad atau Kedengkian adalah bukti kurang iman. Dengki itu bukti tidak ridha pada perbuatan Allah terhadap hamba-Nya. Dengki itu sikap ingin mengatur Allah sesuai hawa nafsunya. Tentulah dengki itu sikap yang tak punya adab. Yaitu adab terhadap Allah, Tuhan semesta alam.

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ “dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki” Orang yang dengki adalah orang yang membenci kenikmatan dari Allah yang terdapat pada orang lain, maka anda akan mendapatinya tertekan karena adanya nikmat itu, jika Allah memberi kenikmatan kepada seorang insan berupa harta, jabatan atau ilmu atau yang lainnya, lalu ia dengki.
Tetapi orang yang dengki terbagi menjadi dua jenis: pertama adalah yang hasad, dan membenci dengan hatinya kepada nikmat dari Allah kepada orang lain, tetapi ia tidak mengancam orang didengkinya. Anda akan mendapatinya tertekan gundah karena kenikmatan-kenikmatan Allah kepada orang lain. Tetapi ia tidak melakukan tindakan melampaui batas kepada yang mempunyai nikmat itu. Dan keburukan dan musibah itu apabila yang dengki meluapkan kedengkiannya, oleh karenanya Allah berfirman: إِذَا حَسَدَ “Apabila ia dengki”
Dan diantara bentuk kedengkian hasad adalah ‘ain yang terkena kepada yang dipandang. Yang mana ia memiliki kebencian terhadap kenikmatan dari Allah kepada orang lain, jika ia merasakan dengan dirinya bahwa Allah telah memberinya kenikmatan kepada seseorang , keluarlah dari dirinya suatu aura yang tidak bisa kita deskripsikan karena ini perkara yang tidak diketahui. Maka ia pun terkena ‘ain. Terkadang orang yang terkena ‘ain bisa mati, terkadang sakit, terkadang kesurupan, bahkan terkadang orang yang hasad, ‘ainnya bisa mempengaruhi besi, sehingga tidak bisa digunakan, atau mempengaruhi mobil sehingga meledak atau mogok, atau mesin pemompa air bisa terkena ain atau mesin pembajak sawah. Pengaruh ‘ain adalah kebenaran yang nyata, yang bisa menimpa dengan izin Allah ‘Azza Wa Jalla.

Allah ‘Azza Wa jalla menyebutkan malam hari ketika telah gelap,wanita-wanita penyihir yang meniup simpul dan orang yang dengki ketika ia dengki, dikarenakan semua hal tersebut bahayanya tesembunyi, Malam adalah menutup dan pembungkus وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),”(QS. Al-Lail: 1) menyembunyikan keburukan dan tidak diketahui kerenanya النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ “wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,” Sihir pun juga tersembunyi tidak diketahui, orang yang dengki, apabila seorang yang memiliki ‘ain mendengki juga ini tersembunyi. Ain datang dari seseorang yang anda sangka dia adalah yang paling anda cintai, dan anda yang paling ia cintai, walau pun demikian ia menimpakan ain kepadamu.

Karena sebab tersebut, Allah mengkhususkan tiga itu: al-Ghasiq (malam) ketika telah gelap, wanita-wanita tukang sihir yang meniup buhul-buhul dan orang yang dengki ketika mendengki, dan semua itu masuk dalam firman-Nya: مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ “dari kejahatan makhluk-Nya,”

Apabila ada yang mengatakan: Bagaimana cara agar terhindar dari tiga keburukan tersebut?

Kita jawab: Cara agar terbebas dari itu adalah hendaknya seorang insan mengaitkan hatinya kepada Tuhannya, menyerahkan urusannya kepada-Nya, dan merealisasikan ketawakkalan, dan menggunakan wirid-wirid yang disyari’atkan yang dapat melindungi dan menjaga dirinya dari keburukan tiga hal itu, dan tidaklah semakin banyak kasus di tengah manusia pada akhir-akhir ini yang terkena pengaruh penyihi-penyihir dan orang-orang yang hasad atau yang semisalnya melainkan dikarenakan ia lalai dari Allah dan kelemahan tawakkal mereka kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Dan sedikitnya mereka mengucapkan wirid-wirid yang disyari’atkan yang bisa menjadi wasilah perlindungan. Padahal kita tahu bahwa wirid-wirid yang disyari’atkan adalah perisai yang kuat, lebih kokoh dari tembok yang menghalangi Yajuj dan Majuj, tetapi sangat disayangkan banyak dari manusia yang tidak mengetahui wirid-wirid tersebut sedikit pun, dan yang mengetahui pun banyak terlalaikan, yang membaca hatinya tidak hadir, dan semua ini adalah kekurangan. Seandainya orang-orang mengucapkan wirid-wirid tersebut sesuai dengan yang disyari’atkan, maka pasti mereka akan terselamatkan dari keburukan-keburukan yang banyak, kita memohon kepada Allah agar menjauhkan kita dari keburukan dan memberikan keselamatan untuk kita.

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Hasad artinya suka atau senang jika nikmat yang ada pada orang lain hilang darinya. Namun jika senang pada nikmat orang lain dalam arti, ia senang jika ia memperoleh pula nikmat itu dan tidak ada keinginan agar nikmat pada orang lain hilang, maka tidaklah tercela, hal ini dinamakan juga ‘ghibthah’.

Yakni menampakkan kedengkiannya dan melakukan konsekwensi dari dengki itu dengan melakukan segala sebab yang bisa dilakukan agar nikmat itu hilang darinya. Termasuk ke dalam yang hasad adalah orang yang menimpakan keburukan kepada orang lain melalui matanya (‘ain), karena hal itu tidaklah muncul kecuali dari orang yang dengki yang buruk tabiatnya dan buruk jiwanya. Demikian pula termasuk ke dalam ‘yang hasad’ adalah Iblis dan keturunannya yang sangat dengki kepada manusia.

Disebutkan ketiga macam kejahatan itu meskipun telah dicakup dalam firman Allah Ta’ala, “Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,” adalah karena besarnya kejahatan ketiga macam itu (kejahatan malam ketika telah gelap, wanita-wanita tukang sihir dan orang yang dengki).

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Dan aku berlindung pula dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki, yang selalu menginginkan hilangnya kenikmatan dari orang lain. '1. Wahai nabi Muhammad, katakanlah kepada umatmu, 'aku berlindung kepada tuhan yang menciptakan, memelihara, dan mengurus manusia.

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Surah Al Falaq | سُورَةُ الفَلَقِ Surah Al Falaq | سُورَةُ الفَلَقِ Reviewed by Unik Info on November 29, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Silakan berkomentar dengan bahasa yang sopan

Channel Edukasi Quran - Pendukung pembelajaran Al Quran dengan efek animasi ketukkan karaoke berdasarkan suara qori termerdu
Diberdayakan oleh Blogger.